Istilah Tritunggal atau Trinitas tidak terdapat di dalam Alkitab. Itu masuk ke dalam dunia kekristenan diperkirakan sekitar tahun 325 M, melalui konsili di Nicea. Akan tetapi prinsip Tritunggal kita terima dalam keyakinan kita. Kita harus memuliakan dan meninggikan Yesus Kristus, karena itu adalah pekerjaan Roh Kudus (Yohanes 16:14). Dan Roh Kudus akan menuntun kita ke dalam seluruh Kebenaran. Ada 3 Oknum Allah yang Esa, seperti disebutkan dalam kitab 1 Yohanes 5:7, “ada 3 saksi di dalam Sorga yaitu Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”

 

Bilamana kita menolak Tritunggal, kita menerima keberadaan Allah itu sama seperti orang Yahudi. Percaya Allah yang Maha Esa, tetapi menolak Yesus Anak Allah dan Roh Kudus. Yesus mengajarkan dan mempermuliakan Bapa-Nya, yaitu Allah semesta alam, dan Roh Kudus yang menggantikan Dia dan melanjutkan pekerjaan-Nya di dalam dunia ini. Memang Keallahan adalah satu misteri besar yang tidak dapat dimengerti oleh khikmat manusia tetapi dapat diimani melalui penerangan Roh Kudus sebagaimana dituliskan di dalam kitab Ulangan 29:29: “hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita ...”.

 

Ada yang mencoba menjelaskan Allah yang bekerja di Perjanjian Lama adalah Allah Bapa dan yang menjelma jadi manusia disebut Allah Anak; Allah yang turun ke dunia dan menjelma dalam gereja-Nya, yakni setiap orang yang memiliki Yesus Kristus, disebut Roh Allah. Itu adalah ajaran sesat dari Oneness Pentacostalisme

 

Namun, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus adalah tiga Oknum yang kekal, yang memiliki unsur yang sama, tabiat yang sama dan misi yang sama untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa, dan yang telah bekerja bersama-sama di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itu sebabnya Yesus berkata, “Baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19) karena baptisan adalah penerimaan kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus (Roma 6:3,4); dan, di saat yang sama kita menerima Bapa, Anak dan Roh Kudus. Nama Allah juga disebutkan di dalam Alkitab sebagai “Elohim” sebanyak 2500 kali , “Adonai” 230 kali, dan “El-Shaddai” sebanyak 48 kali dan semuanya berbentuk jamak, atau lebih dari satu.

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang Alkitab katakan mengenai Allah Tritunggal.

  1. Allah menggunakan kata ”Kita”, pasti lebih dari satu oknum (Kejadian 1:26, 11:2; Yesaya 6:8).

  2. Dewan musyawarah TUHAN (Yeremia 23:18, 22). Dewan pasti lebih dari satu.

  3. Anak Allah (Mazmur. 2:7,12; Amsal 30:4; Daniel 3:35; Matius 3:17; 17:5; Lukas 1:32,35).

  4. Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru (Matius 3:16, 17; Yohanes 14:16, 26, 15:26; Kisah 7:55; 2 Kointus. 13:14; 1 Yohanes 5:7).

  5. Yesus bersama dengan Bapa-Nya (Yohanes 1:1, 2, 14; Kisah 7:55).

  6. Allah Bapa menyaksikan tentang Anak Allah (Matius 3:17, 17:5).

  7. Allah Maha Esa dalam wujud tiga Oknum (Yohanes 17:22).

  8. Ketika Yesus dibaptiskan ketiga Oknum Keallahan hadir. (Matius 3:16, 17).

     

Kesimpulan: Allah Yang Esa, (composite) Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi atau Oknum keallahan yang memiliki zat, sifat dan kasih serta misi yang sama. Allah Tritunggal hanya dapat diterima dan dipahami melalui iman, di bawah tuntunan Roh Kudus.

 

Tuhan Yesus memberkati selalu

 

Kesaksian Dan Kisah Nyata Islam Masuk Kristen : “Mantan Pendiri Hizbullah Iran Islam Radikal Dr Daniel Shayesteh Keluar Dari Kegelapan”





KELUAR DARI KEGELAPAN kesaksian oleh Dr Daniel Shayesteh
(Judul buku asli Escape from Darkness featuring Dr. Daniel Shayesteh)

Daniel Shayesteh sangat dikenal sebagai ...

  • Muslim radikal
  • Aktif militan
  • Iran fundamentalis
  • Co-pendiri Hezbollah
  • Penentu kematian para tahanan

Tapi hari ini, Daniel adalah seorang Kristen yang lahir-kembali! Dalam perjalanannya di seluruh dunia Daniel mengungkapkan rasa kebencian yang diajarkan berdasarkan ajaran Alquran-Islam dan bagaimana dia menemukan kitab yang memiliki kasih cahaya terang pada kebenaran Alkitab. Perhatikan informasi ini, karena ia digambarkan sebagai saksi hidup yang secara ajaib mampu keluar dari kegelapan.

Daniel Shayesteh dilahirkan di Iran di dekat Laut Kaspia. Umur sembilan tahun dia sudah mampu membaca seluruh Alquran dalam bahasa Arab, dan sebagai seorang anak ia menjadi sangat terkenal di daerah tersebut. Setelah tumbuh ia menjadi seorang pemuda dan berkomitmen hidup matinya hanya untuk Islam dan ia juga adalah pendiri Hezbollah (kemudian dikenal sebagai Iranian Revolutionary Army). Ia menjadi inspirator kuat bagi para muslim lainnya agar membenci dan membunuh orang-orang Yahudi dan Amerika.

Setelah dia membantu menggulingkan dan mengusir Shah Iran dan membawa Ayatollah Khomeini sebagai penguasa baru, justru dia diculik dan diproses hukum mati, ini dikarenakan Ayatollah Khomeni berseberangan dengan gerakan politiknya Daniel. Saat dia ada dalam kondisi tersiksa di penjara, teman satu selnya dibunuh, dan oleh kasih karunia Allah Daniel akhirnya bisa melarikan diri ke negara Turki. Disana ia bertemu dengan sekelompok orang Iran Kristen. Dan melalui kesaksian mereka tentang kasih Kristus, Daniel mulai belajar akan kebenaran Alkitab, diawali dari kitab Kejadian, ia mulai mengenal Kristus sebagai Juruselamat.

Walaupun dibenci oleh radikal Muslim, Dr Daniel Shayesteh dalam setiap perjalanannya sedapat mungkin memberikan informasi tentang apa yang di ajarkan oleh Alquran tentang keselamatan, Adam & Hawa, dan Kristen dan bagaimana Yesus Kristus telah mengubah hidupnya dan keluarganya. Dia mengungkapkan dasar kepercayaan Islam modern dan tindakan mereka agar Kristen bisa secara efektif membantu mereka yang masih terjebak dalam tradisi yang penuh kecurangan. Berbicara sebagai orang yang dulunya dilatih Muslim dalam strategi Jihad Islam, Dr Daniel Shayesteh juga memperingati sosial implikasi dari perkembangan Islam radikal di negara-negara barat hari ini.

Pesan Dr Daniel Shayesteh serta kesaksiannya jelas menyoroti keunikan dari Yesus Kristus. Ia menjelaskan mengapa ia percaya Allah Kristen yang nyatanya memang berbeda dengan tuhan yang disembah oleh agama-agama besar lainnya di dunia. Dr Daniel Shayesteh bermaksud untuk memberikan kesaksiannya dari keyakinan sebelumnya (Islam) dan bagaimana pandangan dunia, dan perubahan hidup sejak beliau dan keluarganya menerima Yesus Kristus. Sangat dramatic perubahan hidupnya saat dia menemukan Yesus karena bila tidak mungkin dia tidak akan hidup hingga hari ini. Dia menjelaskan tentang keunikan Kristus, bahwa tidak ada satupun di antara yang lain kecuali hanya Yesus Kristus yang bisa membawanya ke jalan yang DISEBUT kebenaran dan hidup kekal.


(Dr. Daniel Shayesteh was deeply involved in the Iranian Fundamentalist Revolution (1979) as a leading Muslim political leader and teacher of Islam. In addition to English, he speaks three middle-eastern languages (Farsi, Turkish and Azerbaijani) and is an accomplished poet and classical middle-eastern musician. He is an author and studied in one of the universities in Tehran and later in Turkey and Australia. His doctorate is in international business. He is married to Mary, and they have three daughters. He is Director of the Exodus from Darkness ministry and a National Evangelist for the Christian and Missionary Alliance of Australia.)

That's all guys Yesus Loves U

Soli Deo Gloria


 

* Kalau dalam Reformed theology, roh itu dipakai bergantian dengan istilah jiwa (dikotomi), jadi spirit = soul. Soul itu adalah faculty (kemampuan/kecakapan) dalam diri manusia di mana terdapat pikiran/mind/understanding dan perasaan/affection atau kehendak/will. Yesus memiliki 2 natur berarti Dia memiliki 2 roh/jiwa (2 souls: 1 human soul and 1 divine soul).
Mengapa doktrin ini penting? Mereka yang menolak Yesus hanya memiliki 1 soul, katakanlah divine soul, ini berarti Yesus tidak sungguh-sungguh berinkarnasi, karena kemanusiaan-Nya hanyalah aspek tubuh saja, sementara roh-Nya hanya ilahi. Ajaran seperti ini adalah ajaran bidat Apollinarianisme. Kesalahan menyetarakan kehendak sebagai property of person, dan bukan property of nature disebabkan karena pengaruh konsep filsafat Yunani, yg dalam hal ini berbenturan dengan ajaran Alkitab dan Bapa-bapa Gereja

 

* Pikiran dan perasaan atau kehendak itu sebenarnya masuk dalam kategori natur (substansi) bukan dalam kategori pribadi. Yesus memiliki dua natur berarti Dia memiliki dua kehendak dan dua pikiran, ini bukan berarti dua pribadi melainkan dua natur.

 

* Dalam Kristus, sebaliknya, ada dua kehendak (2 jiwa/roh) dalam satu Pribadi. Penjelasan bahwa pribadi harus memiliki kehendak sendiri itu berasal dari filsafat sekuler (Aristotle, Hegel), dan ini deduced dari worldview autonomous self. Istilah person yang digunakan dalam Alkitab itu berbeda dengan istilah individual. Menerapkan konsep autonomous self ke dalam pribadi Tritunggal merupakan sebuah kekeliruan dan kekacauan. Alkitab dan Bapak-bapak Gereja tidak membicarakan konsep person dalam pengertian seperti itu.

 

* Pengakuan Iman Chalcedon:
“We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood.

 

He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us”

 

(Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat atau hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat atau hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini.

 

Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).

 

* Pengakuan Iman Athanasius: Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia.

 

Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan dari kemanusiaanNya ke dalam Allah. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus.


Pengadilan Teheran akan mengadili seorang Kristen keturunan Amerika-Iran atas tuduhan serius yang mengarah pada hukuman mati atau hukuman gantung. Kasus ini mendatangkan kekhawatiran serius bagi para pejabat AS.

Saeed Abedini, seorang warga negara AS naturalisasi yang menjadi Kristen, ditangkap pada September lalu saat kembali ke Iran. Dalam suratnya yang terbaru pada istrinya Naghmeh Abedini ia mengaku mengalami pemukulan di penjara.

Istrinya mengatakan bahwa suaminya yang masih berumur 32 tahun itu akan menghadapi tuduhan telah merugikan keamanan nasional pada Senin depan. Tragisnya, ia akan dihakimi oleh hakim Abbas Pir-Abassi. Hakim ini termasyur di luar negeri karena kekejamannya menjatuhkan vonis.

Naghmeh Abedini menyuarakan harapan bahwa tekanan internasional bisa membantu suaminya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland baru-baru ini mengatakan bahwa Amerika memiliki "keprihatinan serius" atas kasus ini dan mendesak Iran untuk memberikan akses pengacara pada Abedini. Istrinya mengatakan dia belum melihat seorang pengacara yang mendampingi suaminya sejak penangkapannya.

Konstitusi Iran setelah revolusi Islam 1979 mengakui hak-hak agama minoritas, termasuk beberapa orang Kristen, namun rezim telah menargetkan para mantan Muslim untuk meninggalkan iman.

Naghmeh Abedini mengatakan, suaminya yang sudah memiliki dua anak itu ditahan pada 2009 lalu dan dibebaskan setelah kesepakatan untuk tidak terlibat dalam kegiatan keagamaan di Iran seperti bekerjasama dengan gereja-gereja bawah tanah.

Dia mengatakan bahwa Saeed Abedini telah kembali sembilan kali ke Iran sejak 2009 dan tidak melanggar perjanjian. Dia mengatakan Saeed membangun sebuah panti asuhan dekat kota utara Rasht dan keluar dari keyakinan yang Islam serta mengajarkan Alkitab pada para janda dan anak yatim.

"Dia tidak punya kekhawatiran bahwa ia akan ditangkap. Nyatanya, ia kini di penjara," tegas Naghmeh.

 


Monarkianisme lahir sebagai respon atas istilah “Allah lain” yang disebutkan oleh Yustinus Martir.[1] Aliran ini dimulai di Roma pada saat Viktor diganti oleh Zephyrinus menjabat sebagai uskup Roma tahun 198-217. Yustinus konsisten mengatakan bahwa Kristus bukan manusia biasa tetapi juga Allah, pada saat kelahiran-Nya Ia disembah oleh tiga majus, Kristus dibaptis bukan karena dia membutuhkan-Nya, namun dalam rangka keselamatan manusia.[2] Dia benar-benar lahir dari perawan Maria, dan keperawanan kelahiran-Nya dibedakan dari semua analogi manusiawi oleh karena tidak adanya seorang ayah (ilahi).

 

Namun, Sabelius menyanggah pemikiran Yustinus Martir. Sabelius mengatakan bahwa Bapa dan Putra itu satu dan sama, perbedaan hanyalah pada tata nama untuk menggambarkan aspek-aspek yang berbeda dari pribadi yang sama. Pandangan Sabelius disanggah lagi oleh Hipolitus di Roma. Hipolitus mengatakan bahwa Bapa dan Logos adalah dua Pribadi (person atau prosopon) yang berbeda.[3] Hipolitus menegaskan bahwa selalu ada pluralitas dalam keallahan di mana Allah berdiam dalam kesunyian yang kekal bersama dengan Firman-Nya.[4] Allah tidak serta-merta sendirian, tetapi Dia “berjumlah” dengan keberadaan Firman dan kebijaksanaan-Nya. Dalam keallahan terdapat hanya satu kekuatan yang ada dalam semua pribadi. Hipolitus yang merupakan salah seorang pembela ajaran Trinitas (melawan Noetus) berjuang di Roma.

 

Di antara perdebatan Sabelius dan Hipolitus, muncullah  Kalikstus.[5] Kehadiran Kalikstus justru tidak memberikan kepuasan kebenaran (penganut Sabelius). Menurut Hipolitus, Kalikstus berhasil membedakan posisinya dari pandangan sesat Sabelius dengan mengakui perbedaan nyata antara Bapa dan Putra. Tetapi perbedaannya adalah bahwa Bapa adalah nama Roh Ilahi yang tinggal di dalam Putra yang mengenakan tubuh dalam manusia Yesus. Dibalik kontroversi dengan Hipolitus, Kalikstus justru secara terbuka mengecam pandangan Hipolitus sebagai Ditheisme belaka. Pada tahun 217, Kalikstus menggantikan Zephyrinus sebagai uskup di Roma sehingga kontroversi ini belum berujung.

 

Kontroversi seputar Monarkianisme berlanjut karena rumusan yang disampaikan oleh Kalikstus belum dapat diterima dan senantiasa mengganggu Gereja sepanjang abad III. Dalam hal ini, hadir Tertulianus di Afrika yang merasa bahwa terdapat kebutuhan untuk memerangi Monarkianisme. Niat Tertulianus memerangi kesesatan Monarkianisme semakin diperuncing dengan adanya seorang bernama Praxeas yang menyebarkan ajaran Monarkianisme ekstrem di Afrika. Ajaran Monarkianisme Praxeas menekankan ketunggalan Allah. Praxeas lebih dalam memahami Monarkianisme dengan menekankan bahwa Bapa sendiri yang menderita disalib.[6] Praxeas mempertahankan bahwa nama Bapa dan Putra hanya sebutan yang berbeda dari subjek yang sama, Tuhan yang satu, mengacu pada hubungan di mana Dia sebelumnya berdiri untuk dunia disebut Bapa, tetapi mengacu pada penampakannya dalam manusia disebut Putra.

 

Praxeas seorang Monarkian, berasal dari Asia Kecil dan hidup pada akhir abad II atau awal abad III. Dia percaya pada kesatuan ketuhanan dan dengan keras tidak setuju dengan usaha membagi kepribadian atau kepribadian Bapa, Anak, dan Roh Kudus di dalam Gereja Kristen. Praxeas dalam pandangannya percaya akan kesatuan keallahan. Ia menolak pembedaan dalam keilahian dan membela bahwa segala sesuatunya ada dalam monarki tunggal Allah. Dia dikenal juga berdasarkan karya yang ditulis oleh Tertulianus berjudul Adversus Praxean. Dalam buku itu dikatakan bahwa Praxeas adalah orang yang memulai ajaran sesat Monarki dan Patripasionisme (Patripasionisme adalah ajaran sesat yang menyiratkan penderitaan Bapa, Bapa juga ikut menderita di salib) di Roma tahun 206. Melalui karya tersebut, Tertulianus membela ajaran tentang Allah Tritunggal.

 

Praxeas tinggal dalam waktu yang singkat di Roma untuk menyebarkan ajarannya. Dia datang ke Roma ketika komunitas Montanis didukung beberapa uskup Roma seperti Zephyrinus.[7] Namun sebelum Zephyrinus, Praxeas berhasil mempengaruhi paus Eleutherus.[8] Kemudian Praxeas kembali ke Kartago untuk melakukan dorongan kepada beberapa orang agar dapat mengadopsi ajarannya. Praxeas datang ke Kartago sebelum Tertulianus meninggalkan persekutuan Katolik. Dia mengajarkan doktrin Monarkian di sana, atau setidaknya sebuah doktrin yang oleh Tertulianus dianggap sebagai Monarkian. Ia adalah musuh lama bagi Tertulianus sebab dianggap sebagai pembawa ajaran sesat. Tertulianus menentangnya sebelum tahun 202.

 

Dari beberapa ulasan di atas, penulis dapat merangkum bahwa Tertulianus hidup dalam konteks masyarakat yang majemuk yaitu kekisaran Romawi. Kemajemukan tersebut nampak dalam berbagai bidang kehidupan seperti politik, agama, dan kebudayaan. Dalam bidang politik terdapat masalah penganiayaan orang Kristen, dalam bidang keagamaan terdapat penyembahan berhala, dan dalam bidang budaya terdapat helenisme. Ketiga hal besar ini sangat memberikan pengaruh besar dalam banyak karya yang ia kerjakan semasa hidupnya. Iman Kristen bukan hanya mendapatkan tantangan dari luar, melainkan banyak juga tantangan yang datang dari dalam jemaat Kristen sendiri, misalnya lahirnya aneka ajaran sesat. Sejumlah teolog termasuk Tertulianus dengan gigih mengungkapkan pembelaan di depan para bidah.

 

[1] Henry Chadwick, The Early Church, hlm. 87.

[2] Sebagaimana dipahami oleh Henry Chadwick, The Early Church, hlm. 88.

[3] Sebagaimana dipahami oleh Henry Chadwick, The Early Church, hlm. 87.

[4] Lih. Seperti yang dipahami oleh John. N. D. Kelly, Early Christian Doctrines (London: Adam & Charles Black, 1968), hlm. 111-113.

[5] Kalikstus adalah seorang budak Kristen yang dihukum kerja paksa di penjara Sardina karena dituduh melakukan penggelapan harta tuannya dalam jumlah besar. Kemudian dibebaskan kembali oleh pada saat Marcia, selir Kaisar Commodus, berhasil membelanya. Kemudian dibawah uskup Zephyrinus, Kalikstus ditugasi menjaga kuburan di jalan Appia dekat tempat yang disebut Katakombe. Bdk. Henry Chadwick, The Early Church, hlm. 88.

[6] “In Tertullian’s view Praxeas accomplished two bits of the devil’s business: he expelled the Paraclete and crucified the Father ”. Henry Chadwick mengutip kata-kata Tertulianus, The Early Church, hlm. 89.

[7] Eric Osborn, Tertullian: First Theologian of the West, hlm. 120.

[8] Disarikan dari ‘Dictionary of Christian Biography and Literature to the End of the Sixth Century A.D., with an Account of the Principal Sects and Heresies’ https://www.ccel.org/ccel/wace/biodict.html?term=Praxeas,%20a%20heretic (Diunduh pada 18 Maret 2018, pukul 17.00 WIB)

Disini saya akan mengutip kata kata dari gotquestions

 

gotquestions mengatakan, bahwa Allah bukan tiga Pribadi, kalo gitu bagaimana dengan ayat di bawah ini

 

Yohanes 14
16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

 

Yesus meminta kepada Bapa, ternyata Yesus berbohong, karena Dia meminta kepada diriNya sendiri, dan memberikan seorang Penolong yang lain, ternyata Yesus berbohong lagi, karena Yesus memberikan diriNya sendiri

 

disitulah letak kesesatan ajaran gotquestions, yaitu ajaran Oneness Pentacostalism, yaitu ajaran setan dari neraka, untuk membuat orang kristen yang percaya ajaran Oneness ini, binasa di neraka

 

ajaran Oneness Pentacostalism, ajaran yang menolak Allah Tritunggal, yaitu bahwa Allah hanya satu pribadi, bukan tiga pribadi, itu adalah ajaran sesat

 

seperti kutipan dari  gotquestions di bawah ini

 

 

gotquestions mengatakan Allah Tritunggal tidak menyelamatkan, itu membuktikan bahwa  gotquestions penganut aliran oneness pentacostalism, yang menolak ajaran Tritunggal

 

untuk melihat kesesatan ajaran gotquestions, silahkan klik link di bawah ini 

 

https://www.gotquestions.org/Indonesia/trinitarianisme.html


 

Banyak orang yang salah kaprah dalam mengartikan makna Paskah dan Jumat Agung. Tidak hanya orang awam, bahkan tidak sedikit orang Kristen yang belum paham sepenuhnya mengenai makna kedua hari penting itu. Kebanyakan kekeliruan terjadi saat menyebut hari Jumat Agung sebagai hari Paskah, hal ini sering terjadi ketika media cetak menuliskan hari Paskah padahal jika kita melihat konteksnya, kita tahu bahwa yang dimaksud adalah Jumat Agung .

Dan sebagai orang Kristen, seharusnya kita sudah tahu bahwa sebenarnya kedua hari tersebut memiliki makna yang berbeda karena didasarkan pada peristiwa yang berbeda pula. Dan pada artikel kali ini, kami akan menjelaskan mengenai perbedaan antara Jumat Agung dan Paskah. Langsung saja, berikut uraiannya : 

 

1. Dasar Peristiwa

Jumat Agung

Pertama, saya akan menjelaskan bagaimana dasar peristiwa dari Jumat Agung. Bagi Anda yang masih bingung, secara umum Jumat Agung adalah hari peringatan akan kematian Tuhan Yesus di kayu salib setelah dihina, disiksa, dicambuk, dan diadili.

Mengapa hari Jumat? Hal ini didasarkan oleh berbagai penelitian. Menurut rincian Kitab Suci mengenai Pengadilan Sanhedrin atas Yesus beserta analisis ilmiah yang telah dilakukan, peristiwa penyaliban Yesus kemungkinan terjadi pada hari Jumat walaupun tanggal pastinya tidak diketahui. Dan alasan mengapa disebut sebagai Jumat Agung karena hari ini mengingatkan kita akan arti penebusan dosa dan dan seberapa mahal harga yang perlu dibayar untuk membayar kita semua.

Paskah

Paskah umumnya dirayakan pada hari Minggu, hari ketiga dihitung dari hari Jumat Agung. Sampai sini, tentu kita sudah tahu titik temunya, yaitu bahwa Paskah merupakan hari dimana Yesus dibangkitkan dari kematian.

Kebangkitan ini membuktikan bahwa nubuat nabi-nabi terdahulu benar adanya, yaitu bahwa Yesus adalah Mesias, Sang Juru Selamat. Selain itu, kebangkitan Yesus juga menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah dalam Allah Tritunggal yang hidup dan berkuasa atas maut. Ini merupakan suatu pengharapan bagi kita yang percaya bahwa keselamatan yang diberikan-Nya itu nyata. 

 

2. Makna

Setelah kita mengetahui dasar peristiwa dari hari Jumat Agung dan Paskah, pengetahuan akan semakin lengkap apabila kita memahami makna penting dari kedua hari tersebut. Dan berikut adalah makna hari Jumat Agung dan hari Paskah :

Jumat Agung

  • Bukti kasih Allah

Hari Jumat Agung bukanlah untuk berdukacita, melainkan untuk bersukacita karena cinta yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Karena begitu besar kasih-Nya, Ia rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal untuk dikorbankan.

Pengorbanan Yesus menjadi alasan mengapa kita perlu mengasihi orang lain. Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus. Apabila kita menyadari dan merasakan hal ini, maka tidak sulit bagi kita untuk menyalurkan kasih kepada sesama. Orang yang bisa memberikan kasih adalah mereka yang telah menerima kasih.

  • Membangun mentalitas di tengah kesulitan

Peristiwa Yesus memberikan pesan kepada kita semua bahwa hidup ini bukanlah tanpa tujuan dan pasti akan terdapat banyak rintangan di perjalanan. Walau begitu, tentu saja penderitaan bukanlah segalanya dan setelah kita melewati suatu masalah juga bukan suatu akhir. Meskipun kita akan selalu menghadapi masalah, namun tetap ada visi yang perlu kita capai. Itulah hidup dan itulah risiko yang akan selalu ada selama kita masih hidup.

Namun penderitaan Yesus selama di dunia akan selalu menguatkan dan membentuk kita menjadi karakter Kristen sejati. Bahwa apabila kita ingin menjadi pengikut-Nya, kita harus mau memikul salib kita. Itulah cara Allah membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh, sehingga kita dapat bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus.

  • Membangun mentalitas pemenang

Seseorang dapat dikatakan pemenang apabila ia telah berhasil melewati ujian atau rintangan. Ini berarti tidak ada yang bisa dikatakan pemenang apabila hidup tanpa masalah. Hal ini juga alasan mengapa banyak yang mengatakan bahwa hidup di dalam Kristus akan membuat kita hidup yang berkemenangan, dimana kita dimampukan untuk menghadapi setiap masalah dan memiliki banyak terobosan hidup.

Jadi, hidup dalam Tuhan bukan menjanjikan kita hidup aman, tentram, dan nyaman, melainkan menjamin bahwa kita akan menjadi pemenang dalam setiap persoalan. Dan bagaimana cara melakukannya, kita bisa mencontoh keteladanan Yesus Kristus. Dia bukan pengecut yang menghindari masalah, melainkan Dia adalah kesatria yang menghadapi setiap tantangan.

Paskah

  • Pengharapan bagi Orang Percaya

Paulus pernah mengatakan bahwa apabila apabila Yesus tidak dibangkitkan maka sia-sia pemberitaan yang Ia beritakan. Hal ini karena apabila Yesus tidak dibangkitkan, maka kita juga tidak akan diselamatkan. Kebangkitan Yesus mengalahkan maut menjadi pengaharapan bagi kita semua bahwa akan ada pelangi sehabis hujan. Sesuatu yang indah akan datang pada waktunya. Asal kita percaya dan hidup berserah kepada Tuhan, kita pasti akan dimampukan untuk melewati setiap masalah.

Kebangkitan Yesus juga membuktikan bahwa maut tidak berkuasa atas Yesus, dan apabila kita beriman dan percaya bahwa Yesus telah menebus kita, maka maut juga tidak akan berkuasa atas kita. Kita adalah manusia merdeka yang hidup berkemenangan di dalam Yesus.

 

Sekian artikel mengenai perbedaan Jumat Agung dan Paskah. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan memberikan pengetahuan kepada pembaca. Terima kasih.

Copyright © 2024 muslim harus tahu